Usia film yang baru lebih sedikit dari satu abad telah diwarnai dengan dinamika perkembangan estetika yang sangat kaya dan sejarah yang din amis, hingga ia mampu berdiri sebagai cabang seni yang otonom.
Sebagai sebuah ekspresi artistik, film telah berkembang dengan sangat pes at dan mampu melahirkan kreasi-kreas; yang setara dengan karya-karya besar dalam bidang seni lainnya. Seperti film 8o dari Federico Fellini dan Blow-Up dari Michelangelo Antonioni yang membuka mata banyak orang ten tang kemungkinan artistik sebuah film.
Saat ini posisi film sebagai medium seni menjadi tidak terbantahkan. Meskipun pada awalnya terdapat pesimisme dan kritik tajam terhadap pandangan film sebagai seni, persis karena potensi yang khas dari mediumnya seperti kemampuan dalam menyamai realita. Hingga muncul keraguan-keraguan ten tang kemungkinan untuk mengaitkan film dengan persoalan estetika. Terlebih pada awal kemunculannya (sekitar 1895), film lebih dipandang sebagai sebuah fenomena baru dalam perkembangan masyarakat yang mampu memberikan kejutan-kejutan luar biasa terhadap perubahan tingkah laku masyarakat. Di mana dalam hal ini lebih terkait pada persoalan pencapaian teknologi semata, dan sangat sulit untuk membayangkan spekulasi-spekulasi ten tang estetika saat membicarakan medium baru tersebut.
Tulisan ini bermaksud untuk menyoroti persoalan estetika dalam film. Tapi sebelum itu terdapat beberapa masalah lain yang terkait dan akan dipaparkan untuk memberikan gambaran umum tentang apakah film itu. Masalah-masalah tersebut seperti film sebagai fenomena, lalu film dan realita selain tema utama mengenai estetika dalam film.