PENDAHULUAN
Sistem tanam tumpangsari adalah salah satu usaha sistem tanam dimana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif sama atau berbeda dengan penanaman berselang‐seling dan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama (Warsana, 2009).Gomez dan Gomez (1983), secara tradisonal tumpangsari digunakan untuk meningkatkan diversitas produk tanaman dan stabilitas hasil tanaman. Keuntungan yangdiperoleh dengan penanaman secara tumpangsari diantaranya yaitu memudahkan pemeliharaan, memperkecil resiko gagal panen, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan lahan Beets (1982).
Pemilihan tanaman penyusun dalam tumpangsari senantiasa mendasarkan pada perbedaan karakter morfologi dan fisiologi antara lain kedalaman dan distribusi system perkaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis, pola serapan
unsure hara sehingga diperoleh sauatu karakteristik pertumbuhan, perkembangan dan hasil tumapngsari yang bersifat sinergis (Gomez dan Gomez, 1983 dan Palaniappan, 1985). Selain itu, menurut Odum, (1983) tanaman yang
ditumpangsarikan adalah tanaman dari lain famili dan yang memneuhi syarat-syarat yaitu berbeda dalam kebutuhan zat hara, hama dan penyakit kepekaaan terhadap toksin dan faktor-faktor lain yang mengendalikan yang sama pada waktuyang diketahui mampu memberikan hasil tanaman secara keseluruhan yang lebih tinggi
dibandingkan monokutur, apabila tepat dalam pemilihan sepesies tanaman yang ditumpangsarikan (Anonim, 1998). Kedelai dan jagung umumnya ditanam di lahan kering (tegalan) secara tumpngsari maupun monokutur (Subandi et al., 1988). Jagung dan kacang tanah memungkinkan untuk ditanam secara tumpangsari karena kacang tanah termasuk tanaman C3, jagung tergolong tanaman C4 sehingga sangat serasi (Indriati, 2009). Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak renah, tumbuh tegak, berdaun lebat dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman
berkisar antara 10-200 cm, dapat bercabang sedikiut atau banyak tergantung kultivar dan lingkungan hidup (Somaatmadja et al., 1995). Jagung merupakan tanaman yang mempunyai habitus yang lebih tinggi dibading kedelai. Panjang daun jagung bervariasi antara 30-50 cm dan lebar 4-15 cm dengan ibu tulang daun yang sangatkeras. Jagung merupakan tanaman berumah satu dimana bunga jantan terbentukpada ujung batang sedangkan bunga betina terbentuk dipertengahan batang (Muhajir, 1988).
Penundaan waktu tanam salah satu jenistanaman dalam sistem tumpangsari akan memberikan peluang agar pada saat tanaman mengalami pertumbuhan maksimal tidak bersamaan dengan tanaman yang lain. Hal ini akan membantu usaha pencapaian potensi hasil dari kedua jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Heatherly (1988) cit. Rafiuddin (1994) menyatkan bahwa penanaman yang terlambat dari perode yang dipertimbangkan akan menurunkan hasil secara nyata walaupun lengas tanah cukup. Penurunan hasil ini disebabkan oleh kurangnya cahaya yang diterima karena adanya persaingan dengan tanaman lain disekitarnya. Pada penelitian Hartati (1998), saat tanam dan populasi jagung yang ditanam dalam sistem tumpanggilir kedelai dan jagung tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil jagung dan saat tanam jagung 30 dan 50 hari setelah tanam kedelai tidak dapat
meningkatkan hasil biji jagung dan pertumbuhan jagung menjadi terhambat.
Adanya kompetisi terhadap radiasi matahari dalam pertanaman jagung dan kedelai dapat dikurangi dengan melakukan modifikasi misalnya dengan pemangkasan tajuk jagung sampai pada batas-batas tertentu yang tidak
merugikan. Duncan et al. (1967) cit. Rifin (1992), mengemukakaan bahwa naungan yang disebabkan oleh malai dapat menurunkan hasil jagung antara 14-21% terutama pada populasi di atas 50.000 tanaman per hektar. Pemotongan batang di atas tongkol pada umur 20 hari setalah 75% tanaman berbunga, hasil jagung meningkat
dibandingkan tanpa pemangkasan (Agustina dan Aditiametri, 1995). Pemangkasan daun tidak menyebabkan penurunan hasil apabila dilakukan pada saat yang tepat terhdap daun yang tidak efisien berfotosintesis. Pemangkasan dapat juga dilakukan terhadap organ lain tanaman yang dapat menghambat penerusan cahaya ke
seluruh daun. Daun bagian bawah tidak efisien karena tidak mendapatkan cahaya yang cukup untuk proses fotosintesis sedangkan bunga jantan yang tidak berfungsi lagi dalam penyerbukan merupakan organ yang dapat
menghambat datangnya cahaya ke dalam daun tanaman. Potensi fotosintesisi dari daun-daun tanaman jagung pada 1/3 bagian terletak di bagian atas adalah 2 kali lebih besar daripada 1/3 bagian daun yang terletak di tengah dan 5
kali lebih besar daripada 1/3 bagian daun yang terletak di sebelah bawah (Pendelton dan Hammond, 1996 cit. Rafiuddin, 1994).
Berdasarkan uraian tersebut, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh waktu tanam jagung terhadap pertumbuhan tumpangsari jagung dan kedelai
2. Mengetahui pengaruh pemangkasan jagung terhadap pertumbuhan tumpangsari jagung dan kedelai
3. Mengetahui interaksi waktu tanam dan pemangkasan jagung terhadap hasil tumpangsari jagung dan kedelai
penulis : Indah Permanasari dan Dody Kastono
Sumber : https://drive.google.com/file/d/1z9KnRFnLYef_9JA2CLRd2Qsz0fkW6Mgh/view?usp=sharing